SPIRITUALITAS PEMAIN GAME
Orang yang hidupnya seimbang ibarat ia sedang main sebuah game yang ada di komputer; ia serius memerankan peran yang dimainkannya di dalam game namun tetap sadar bahwa dirinya yang sejati bukanlah yang berada di dalam game melainkan yang duduk memegang stik di depan monitor. Ia tak mengabaikan semua aturan main game, mencari solusi dari setiap tantangan yang dihadapinya di dalam permainan tersebu. Ia peduli dengan permainannya namun pada saat yang sama ia tetap sadar bahwa peran yang dimainkannya di dalam game hanyalah sementara dan pada waktunya akan berakhir juga. Ia sadar bahwa diri sejatinya bukanlah tokoh yang diperankannya di dalam game. Gamer seperti ini adalah analogi dari seseorang yang hidupnya seimbang antara spiritualitas dan materialistis.
Orang-orang yang hanya peduli pada sisi material dan mengabaikan sisi spiritualnya ibarat pemain game yang tenggelam dalam permainan game di komputer sampai-sampai lupa terhadap dirinya yang sejati. Ia lupa bahwa dirinya yang sejati adalah yang sedang duduk memegang stik di depan monitor. Ia menyangka bahwa realitas di dalam game itulah yang nyata. Ketika listrik padam, komputer mati, game selesai tiba-tiba, atau saat game over; saat itulah ia mendapati bahwa diri sejatinya bukanlah apa yang selama ini diperankannya di dalam game tersebut. Kesenangan sementara dalam permainan membuatnya terlena. Ia lupa makan, lupa diri, dan lupa diri sejatinya, yang ia pedulikan hanya tokoh yang diperankannya di dalam game.Kelak orang-orang yang hanya peduli pada sisi material akan kecewa ketika menyadari bahwa selama ini waktunya habis hanya untuk permainan dan dirinya yang sejati tidak mendapatkan apa-apa.
Sebaliknya, orang-orang yang hanya peduli pada sisi spiritual, dan mengabaikan sisi materialnya, ibarat pemain game di komputer yang ogah-ogahan dalam bermain. Bisa jadi ia tidak menguasai aturan main game tersebut. Ia terlalu sadar bahwa dirinya bukanlah tokoh yang sedang diperankannya di dalam komputer itu melainkan yang sedang duduk memegang stik di depan monitor. Ia tahu bahwa realitas di dalam game itu tidak nyata. Maka ia sering kalah ketika bermain, ia akan menyingkir di tepian, naik ke atas gunung menghindari permasalahan, atau masuk ke dalam gua untuk menghindari kontak dengan tokoh-tokoh game lainnya, atau diam tak melakukan apapun sampai listrik padam dan game berakhir. Mereka yang hanya peduli pada sisi spiritual tidak akan punya peran penting di dalam permainan. Kesadarannya pada dirinya yang sejati telah mengabaikannya dari tugas dan misi menuntaskan permainan. Meskipun diri sejatinya tidak rugi namun jelas sekali bahwa ia telah gagal memerankan peran penting dalam permainan tersebut.
Semua orang yang dihadirkan Tuhan di atas panggung kehidupan yang penuh sandiwara ini ibarat para pemain game tersebut. Saran bagi para pemain game tersebut adalah jadilah pemain game yang handal, kuasai aturan mainnya, tuntaskan misinya, namun jangan lupakan bahwa diri sejati Anda bukanlah tokoh di dalam game, melainkan yang sedang duduk memegang stik di depan komputer. Seimbangkanlah sisi spiritual dengan sisi material Anda. Jangan terlalu condong pada satu sisi dengan mengabaikan sisi yang satunya lagi. Jangan terlalu tenggelam dalam permainan dan juga jangan mengabaikan permainan. Mereka yang menyeimbangkan keduanya adlah orang-orang yang akan memenangkan permainan game, merasakan kesenangan dalam hidupnya, namun diri sejatinya tetap ia perhatikan dan tidak lupa memberinya makan.